Ahli Respons 14 Anak Panti Asuhan Kalsel Tertular Covid-19

Rate this post

Ahli Respons 14 Anak Panti Asuhan Kalsel Tertular Covid-19

ahli-respons-14-anak-panti-asuhan-kalsel-tertular

Bugscode.Id – Sebanyak 14 anak di salah satu panti asuhan di Kabupaten Banjar di Kalimantan Selatan dinyatakan positif terkena virus corona (Covid-19). Kelompok anak-anak di bawah usia 17 tahun diyakini telah terinfeksi oleh donor.

Erlang Samoedro, sebuah asosiasi paru-paru Indonesia, mengatakan warga sekolah asrama diduga diberi status bebas donor (OTG) Covid-19 oleh donor. Dia mengatakan OTG memiliki kemampuan yang sama untuk menularkan virus.

“Itu bisa disiarkan melalui OTG,” kata Erlang kepada CNNIndonesia.com, Kamis (6 November).

Dalam konteks ini, ia menyarankan semua orang untuk memakai topeng di tengah orang banyak. Untuk lingkungan seperti panti asuhan, protokol kesehatan pemerintah harus diikuti.

Lihat juga: 14 Panti Asuhan Anak Korona Positif Korona terinfeksi oleh donor
Dicky Budiman, seorang ahli epidemiologi di Griffith University, mengakui bahwa sulit untuk memastikan bahwa transmisi Covid-19 di panti asuhan berasal dari donor atau staf. Karena itu, ia menyarankan agar dilakukan tes ekstensif.

“Dan orang-orang positif dalam isolasi dan orang-orang yang berhubungan dikarantina

 

Di sisi lain, ia mengatakan bahwa transmisi Covid-19 dari OTG ada di luar negeri, misalnya di panti asuhan. Karena itu ia menyarankan agar situasi dapat diantisipasi dengan membatasi siapa yang dapat mengunjunginya.

“Secara khusus, itu harus mematuhi protokol pencegahan, seperti yang tidak sakit, memakai topeng, dan akses dibatasi,” katanya.

Lihat juga: Mengenal Antigen Vaksin Corona, yang akan hadir di Republik Indonesia

pada bulan Oktober
Dicky mengatakan bahwa setiap orang harus mematuhi protokol kesehatan yang berlaku, terutama ketika mengunjungi panti asuhan atau panti jompo. Karena anak-anak dan orang tua sangat rentan terhadap Covid-19.

Selain itu, mencegah penularan Covid-19 di panti asuhan atau panti jompo harus selalu disosialisasikan. Hal yang sama harus diterapkan di rumah sakit, pusat kesehatan dan rumah sakit.

“Karena ada potensi transfer antar pasien ke pasien lain

dan kemudian ke petugas kesehatan lainnya. Ini bisa menjadi siklus yang tidak berhenti ketika pencegahan minimal, termasuk kurangnya peralatan perlindungan pribadi,” kata Dicky.

 

Baca juga:

Related Posts